Anggrek Hitam Krayan Terancam Punah
Pa’ Remayo di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur,
menyimpan anggrek hitam (Coelogyne pandurata) yang keberadaanya terancam
punah. Asbudi Salam, salah seorang penyuluh pertanian lapangan
(PPL) Nunukan, Jumat (17/2/2012) mengatakan, kegiatan perlindungan
anggrek alam sebagai organisme yang terancam punah dan habitat anggrek
hitam dapat dijadikan salah satu tujuan program alternatif dalam
mengembangkan pola wisata ekologis (ecotourism).
Dikatakan hadirnya Pa’ Remayo sebagai ecotourism lebih menitikberatkan pada solusi untuk program regenerasi dan rehabilitasi anggrek alam dalam upaya mendukung konservasi anggrek secara langsung.
Guna menjaga keberlangsungan populasi anggrek hitam, masyarakat lokal harus dilibatkan.
Pengembangan keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi anggrek ini akan menjadi kelompok yang mandiri dalam pengelolaan pelestarian anggrek diwilayahnya.
Anggrek alam ini nantinya dikembangkan melalui proses budidaya untuk menjadi komoditas unggulan dalam paket wisata ekologis.
Ia mengatakan, Pa’ Remayo merupakan salah satu obyek wisata yang sangat indah dalam kawasan Taman Nasional Kayan Mentaran (TNKM).
Kawasan itu menyimpan keanekaragaman flora diantaranya anggrek hitam, pakis, rotan, kayu agathis dan aneka jenis tumbuhan obat seperti pasak bumi dan tumbuhan penawar racun yang oleh masyarakat setempat disebut temawar.
Di sana juga terdapat berbagai spesies burung dan mamalia khas Kalimantan seperti, monyet, babi hutan, landak, rusa, dan lebah madu hutan.
Selain itu TNKM juga memiliki air terjun bertingkat Pa’ Remayo di daerah Krayan Hilir. Selama ini air terjun tersebut selain dimanfaatkan masyarakat Krayan sebagai tujuan wisata di hari libur, juga dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
“Potensi yang dimiliki air terjun ini sedemikian besar peluangnya untuk memberikan keuntungan ekonomi dan sosial – budaya bagi masyarakat Krayan sehingga daerah ini sangat sesuai dijadikan obyek wisata ekologi atau hutan wisata,” ujarnya.
Ia mengatakan, dunia pariwisata menjadi sangat penting karena merupakan salah satu komoditas unggulan daerah dalam menunjang pergerakan perekonomian di tingkat bawah, baik skala daerah maupun nasional.
Selain mampu memberi income langsung kepada pemda setempat, sektor pariwisata secara langsung maupun tak langsung memberi imbas pada pergerakan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di sekitar kawasan obyek wisata.
Saat ini pola kepariwisataan domestik mulai banyak melirik pada obyek wisata yang menawarkan khasanah keindahan alam yang jauh dari kebisingan kota dan berkesan natural namun tetap menunjukan nilai nilai pelestarian ekologis.
Air terjun Pa’ Remayo memiliki potensi tersebut. Karena itu, kepariwisataan kemudian berkembang munuju pola wisata ekologis dan wisata minat khusus atau special interest tourism. Kedua pola wisata ini dinilai menjamin tetap terpeliharanya keberadaan obyek dan daya tarik wisata alam pada khususnya.
Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2012/02/17/anggrek-hitam-krayan-terancam-punah
Dikatakan hadirnya Pa’ Remayo sebagai ecotourism lebih menitikberatkan pada solusi untuk program regenerasi dan rehabilitasi anggrek alam dalam upaya mendukung konservasi anggrek secara langsung.
Guna menjaga keberlangsungan populasi anggrek hitam, masyarakat lokal harus dilibatkan.
Pengembangan keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan konservasi anggrek ini akan menjadi kelompok yang mandiri dalam pengelolaan pelestarian anggrek diwilayahnya.
Anggrek alam ini nantinya dikembangkan melalui proses budidaya untuk menjadi komoditas unggulan dalam paket wisata ekologis.
Ia mengatakan, Pa’ Remayo merupakan salah satu obyek wisata yang sangat indah dalam kawasan Taman Nasional Kayan Mentaran (TNKM).
Kawasan itu menyimpan keanekaragaman flora diantaranya anggrek hitam, pakis, rotan, kayu agathis dan aneka jenis tumbuhan obat seperti pasak bumi dan tumbuhan penawar racun yang oleh masyarakat setempat disebut temawar.
Di sana juga terdapat berbagai spesies burung dan mamalia khas Kalimantan seperti, monyet, babi hutan, landak, rusa, dan lebah madu hutan.
Selain itu TNKM juga memiliki air terjun bertingkat Pa’ Remayo di daerah Krayan Hilir. Selama ini air terjun tersebut selain dimanfaatkan masyarakat Krayan sebagai tujuan wisata di hari libur, juga dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
“Potensi yang dimiliki air terjun ini sedemikian besar peluangnya untuk memberikan keuntungan ekonomi dan sosial – budaya bagi masyarakat Krayan sehingga daerah ini sangat sesuai dijadikan obyek wisata ekologi atau hutan wisata,” ujarnya.
Ia mengatakan, dunia pariwisata menjadi sangat penting karena merupakan salah satu komoditas unggulan daerah dalam menunjang pergerakan perekonomian di tingkat bawah, baik skala daerah maupun nasional.
Selain mampu memberi income langsung kepada pemda setempat, sektor pariwisata secara langsung maupun tak langsung memberi imbas pada pergerakan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di sekitar kawasan obyek wisata.
Saat ini pola kepariwisataan domestik mulai banyak melirik pada obyek wisata yang menawarkan khasanah keindahan alam yang jauh dari kebisingan kota dan berkesan natural namun tetap menunjukan nilai nilai pelestarian ekologis.
Air terjun Pa’ Remayo memiliki potensi tersebut. Karena itu, kepariwisataan kemudian berkembang munuju pola wisata ekologis dan wisata minat khusus atau special interest tourism. Kedua pola wisata ini dinilai menjamin tetap terpeliharanya keberadaan obyek dan daya tarik wisata alam pada khususnya.
Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2012/02/17/anggrek-hitam-krayan-terancam-punah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar