Kamis, 29 Agustus 2013

Pantai Wisata Batu Lamampu di Sebatik Nunukan Kaltim



 (Dokumen Pribadi Dian Kusumanto)
 
BELUM MAKSIMAL: Objek wisata Pantai Batulemampu beradadi Pulau Sebatik, Kecamatan Sebatik. Untuk ke lokasi ini bisa
menggunakan perahu dari Desa Bambangan, speed boat
atau
menyeberang lewat Pelabuhan Tunon Taka.

Budidaya Rumput Laut, Pasir Putih
dan Batu Mengapung


Menjelajah pantai di Kabupaten Nunukan seolah tak ada puasnya. Banyak keunikan di sana. Dari pantai yang digunakan sebagai budidaya rumput laut, pantai berpasir putih, hingga pantai yang memiliki deretan batu mengapung.

SELEPAS menikmati alam Binusan yang masih perawan, peserta Journalist Tourism Tour Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kaltim melanjutkan perjalanan ke Pantai Eching. Pantai ini berjarak sekitar 11 kilometer dari pusat kota. “Di sini kalau hari Minggu atau hari libur baru ramai dikunjungi. Karena di Nunukan memang tidak ada tempat hiburan lain,” kata Kadisbudpar Nunukan, Petrus Kanisius.

Pantai Eching memiliki pasir berwarna putih. Pemandangannya indah karena di seberang sana terpampang “lukisan alam” pulau Sebatik. Tapi, ada satu yang mengusik mata, yakni adanya rumah-rumah non-permanen hampir di sepanjang bibir pantai. Hal itu membuat penampilan Eching tampak sedikit kumuh. “Memang hal itu akan menjadi kendala ketika kita akan mengembangkan pantai ini,” kata Petrus.

Disbudpar tidak mengetahui mulanya rumah-rumah tersebut dibangun. Warga tidak bisa sepenuhnya disalahkan, karena mereka melihat lahan kosong, mereka pun membangun rumah dan mencari penghidupan di sana. Caranya, dengan melaut dan budidaya rumput laut di pantai. Ya, mereka membuat semacam tambak dari tali nilon besar dengan pelampung botol air mineral. Sejauh mata memandang, tambak-tambak rumput laut itu yang tampak.

“Baru setahun belakangan mereka melakukan budidaya rumput laut di sini,” kata Kasubid Objek Wisata Disbudpar Nunukan, Hikmah Zain. Pihaknya belum melakukan kajian apa keuntungan dan kerugian adanya tambak rumput laut tersebut. Yang pasti, lanjut Zain, itu menjadi sumber pendapatan masyarakat. “Biasanya ada orang yang datang membeli untuk dibawa ke Makassar,” katanya.

Melanjutkan perjalanan ke selatan, telah menunggu Pantai Simengkadu. Pasir putih dan mangrove menjadi daya tarik pantai di Kecamatan Nunukan Selatan ini. Akses jalan tidak cukup baik. Jika pengunjung menggunakan roda empat, mereka harus berjalan kaki sekitar 3 kilometer dari jalan besar menuju pantai.

Melelahkan memang, tapi tak cukup mengurungkan niat warga berwisata ke sana. “Banyak juga pengunjungnya. Terutama pasangan muda-mudi,” kata Petrus. Dengan sedikit penataan, Simengkadu akan jadi pantai yang memikat.

“Paling tidak perlu dibangun akses jalan menuju ke pantai. Kemudian untuk pengembangan, kami berencana bekerjasama dengan dinas pertanian untuk menanam pohon berbuah di sekitar pantai,” jelas Petrus. Hal itu untuk menambah hijau Simengkadu sehingga wisatawan betah menghabiskan waktu di sana.

Satu lagi objek wisata unggulan di Nunukan adalah Pantai Batulemampu. Lokasinya di Pulau Sebatik, Kecamatan Sebatik yang merupakan kecamatan paling timur Kabupaten Nunukan. Pulau Sebatik terbagi dua, sebelah utara masuk wilayah Sabah, Malaysia, sedangkan utara masuk wilayah Nunukan, Indonesia.

Akses menuju Batulemampu cukup mudah. Jika ditempuh dari Nunukan, bisa menggunakan perahu dari Desa Bambangan, speed boat, atau menyeberang lewat Pelabuhan Tunon Taka. “Kalau naik perahu hanya perlu Rp 10.000 untuk sampai ke Sungai Nyamuk,” ujarnya. Sungai Nyamuk adalah desa yang merupakan pusat kegiatan perekonomian masyarakat Sebatik.

Batulemampu memiliki panorama laut lepas menghadap ke Blok Ambalat, dengan garis pantai sepanjang 3 kilometer yang memesona. Mengapa pantai itu dinamakan Batulemampu? Istilah itu berasal dari bahasa Suku Tidung yang artinya batu timbul yang bersusun ke arah laut. Ya, ada sederet batu di Pantai Batulemampu yang mengapung.

Bebatuan tersebut berderet dari tepi pantai menuju laut lepas. “Posisinya tetap, tidak pernah berpindah meskipun mengapung,” kata Petrus. Selain batu mengapung, Batulemampu juga memiliki keunikan lain, yakni bebatuan pemecah ombak yang menjorok ke laut lepas. Di sekitarnya di kelilingi tetumbuhan dan batu-batu kecil yang seolah ditata, tetapi semua adalah proses alam yang terjadi dengan sendirinya.

Di ujung (bagian yang mengarah ke darat) terdapat bukit batu. Di atas bukit batu itu terdapat batu besar yang tampak terpisah dari batu di sekitarnya. Batu itu berdiameter sekitar 1 meter. “Konon, kata masyarakat sekitar, batu itu dulu berukuran kecil. Makin lama makin besar sampai seperti sekarang,” terang Petrus.

Ia melanjutkan bercerita, pernah ada seseorang yang berniat menjatuhkan batu itu, tapi ia tak berhasil, malah meninggal tiga hari berikutnya. Di luar mitos-mitos itu, Batulemampu adalah pantai yang menarik dengan hamparan pasir, ombak bernada sedang, serta berlatar nyiur melambai.

Tapi sekali lagi sayang, keindahan pantai-pantai di Nunukan belum mampu menyumbang penghasilan asli daerah (PAD). Anugerah itu masih tampak “liar” tak terurus. Baru Pantai Eching yang merasakan kucuran dana untuk membangun gazebo, kamar kecil (Water Closet) umum, dan jalan setapak menuju pantai. Sementara lainnya, masih dalam “daftar tunggu” untuk diperhatikan. (achmad ridwan/bersambung)

Sumber : http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita.detail&id=6111

Tidak ada komentar:

Posting Komentar